I just don't Want to lose This...

Keep them longer, 'cause sometimes they wear out from my mind...

Pages

Menyetel Cello

Di bawah cahaya kuning lembut lampu
seorang pria menyetel sebuah cello.

Satu persatu ia memetik dua nada tiap senar.
"Sudah seperti ini kiranya," dia mengambil penggeseknya.

Ia bernafas dalam dua belas ketukan,
dan selain nafasnya
yang terdengar hanyalah jangkrik di kejauhan.

Senar ke-empat disentuh perlahan.
Seketika mengertilah ia
bila jendela di belakangnya dibelai angin.

Berderit-derit perlahan samar-samar
diperhatikannya selama delapan ketuk.

Angin yang lain menyusuri rumput-rumput
gelap ditutup bayang-bayang malam.

jikalau kau sadar, kau ternyata tak mendengar
suara jangkrik lagi, tak ada menderik.

Secara pasti, suhu menurun tajam!
Angin angin menggila!
Meraung-raung -- mendera-dera
seperti Naga mereka melata!

Rumah rumah membeku...
Kaca jendela berkeriut..
Jalanan di desa dipenuhi lampu-lampu gantung
Pecah! Pecah! Pecah!
Suram seketika...

Menuju hutan, angin-angin melilit dahan
membelah batu dan tanah...

Ikan-ikan di danau sembunyi
ketakutanlah mereka  dalam liang
Oh, sayang, mati juga mereka!
Danau beku, beserta gelapnya...

Sudah tiada lagi di darat

melesat ke atas angin-angin malam
merobek awan-awan gelap
melepaskan Sang Ratu Putih

Dengan satu perintah!
Kepada angin, anak-anak buahnya!
Bekulah malam itu...

Malam abadi...

Sunyi...

Hanya Sang Ratu bertahta atas awan hitam
dikelilingi angin dingin

Sunyi...

Dingin...

Gelap di dalam rumah...

Sang bocah membuka mata
gemetaran...
untunglah hanya mimpi...

Ia turun dari kasurnya,
melangkah ke tangga yang menuju lantai dasar.
Sialnya ruangan itu gelap.
Lilin sudah mati, kena angin tampaknya.
Angin!!??

Si bocah gemetaran teringat itu...
"Tapi sudahlah itu hanya mimpi,
mungkin aku akan tidur bersama ayahku"

perlahan-lahan ia menuruni tangga
karena memang gelap

sesampainya,
ia membuka pintu kamar ayah

Tak ada ayah tidur di kasur.

Hanya ada seorang wanita
jongkok di atas tiang kasur.
Gelap...

Berkelebat!
Siluet!?
Kilatan!?
Raungan gila!!!

Kereta api melaju kencang di atas rel
seratus lima puluh kilometer per jam tampaknya

dan tergelincir...
Tak terkendali...
Bahkan tak menjadi pelan
ketika hampir sampai jurang

Melayang...
tapi tak lama...
mulailah ia jatuh
dalam percepatan sepuluh satuan
tak ada yang menolong!
baja besar semakin cepat!
menuju karang di bawah!
hingga tinggal lima meter!
malaikat pun tak akan menjagainya...

Kegelapan meredup dalam empat ketuk terakhir

Sang pemain cello menghela napas

berseringailah ia puas

Menyetel cello-nya lagi...

Lucky Sands

Do you think that you are trapped in a box?
Or do you think you are incapable to go anywhere?

Hahaha...
Just listen those sands under your feet!

They are tickling your bare feet
Are you not going to smile?

You should smile! Like the dwarves say,
"your big teeth are worth more than ten golden."

D'ya see those nice little white sands?
They do not have any leg, but ...
D'ya see? They are going to explore the whole ocean!
You should cheer up, Girl!

Let's laugh together in this fine beach
together with those sands
Later we're going to say, "adieu!" for them
At this sunset, a warm wave is going to pick them...

Everything will be alright, we believe!

Earlier Phase Before Playing

A purple lavender giggling at the rounded moon
had been sitting and playing her feet on the roof;
Her friends - some little fairy tones were sneaking into my room.

La! La~

La!     Matahari di atas awan           
      Teruslah ia melompatinya           
        Di atas gunung tertawa terang           
          Berderak derak rambutnya senang           
    Kena sinar girang hitam Galang           
                                               
Ikan ikan teri dalam air           
  berlepasan lewat lobang jaring           
    Senang di balik ombak berdesir           
      Pulang ke rumah di depan tivi           
Tertawa mereka sambil ngopi       

---   
                                               
   di belakang pinus aku sembunyi
    mengintip gadis di pinggir sungai

        kakinya nan halus ia menari
               Melambung lembut ketika bernyanyi

               hinggaplah di lengannya burung pipit
        Dan gaunnya bagai embun pagi
    menyapu rumput yang hijau ini
 hingga tercipta seribu melodi

La! Matahari di atas awan           
  Teruslah ia melompatinya           
    Di atas gunung tertawa terang           
      Berderak derak rambutnya senang           
Kena sinar girang hitam Galang

A Bou

                      A Bou is a Boy
          Bou loves Ball
           But for two days long
                has got cold
He won't sleep, the Bou will playing
    with his ball Instead...